Jumat, 13 Februari 2015

Tarik Pusaka Dengan La Haula Wala Quwwata Illa Billah

1. Puasa 3 hari,setiap selesai sholat fardhu bacalah ” laahaula walaa quwwata ilaa billaahil aliyyil adziim ” 111x selama 3 hari.

2. sebelumnya tawasul kepada nabi muhammad, nabi khidir, dan 4 malaikat,dan para pini sepuh / para leluhur/danyang tempat dimana kita mau menarik pusaka.

3. setiap malam pada saat puasa baca ” laahaula walaa quwwata ilaa billaahil aliyyil adziim ” 1000x 


cara memakainya/praktek dilapangan:

letakan telapak tangan ke tanah yang dianggap terdapat benda pusaka.( tetapi sebelumnya cari info keberadaan benda pusaka di tempat yang mau diambil selengkap-lengkapnya),.

selanjutnya nanti akan terasa energi yang sangat besar, tangan seperti kesemutan dan dengan sendirinya tangan akan bergerak tidak bisa di kendalikan, tangan akan berhenti bila sudah berada pada letak benda pusaka/gaman tesebut, sebelum menaruh telapak tanagan ke tanah baca terlebih dulu al fateha 3x, laahaula walaa quwwata ilaa billaahil aliyyil adziim 11x, syahadat 3x, sholawat 3x, dan niatakan untuk mengambil pusaka..

bila tangan sudah berada pada pusaka , mata terpejam, lalu bayangkan seperti mengambil benda dengan tenaga dalam, lalu benda akan muncul. sebelum mengambil baca basmalah 11x, al ikhlas 3x, al falaq 3x, an nas 3x.


ingat: akan sangat berbahaya menarik pusaka apabila tidak memiliki ilmu tenaga dalam,ilmu terawangan dan ilmu pageran badan.
sebaiknya ambil yg memang hak agar keseimbangan alam tetap terjaga dan tidak ada bencana

1 komentar:


  1. Kalimat “laa hawla wa laa quwwata illa billah” adalah kalimat yang isinya penyerahan diri dalam segala urusan dengan Allah Ta’ala. Hamba tidaklah bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tK bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah.

    Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.”

    Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

    Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

    لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

    “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
    Kalimah laa hawla wa laa quwwata illa billah
    Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)

    Dalam penjelasan Safinah An-Najah, Imam Nawawi Al-Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut,

    لاَ يَحُوْلُ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ

    “Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Enggak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Lihat Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najaa, hlm. 33)

    Kalimat ini adalah kalimat yang ringkas, namun syarat makna dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,

    يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

    “Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga.” (HR. Bukhari, no. 7386)

    Ingatlah kalimat ini akan menjadi simpanan di surga.

    Abu Ayyub Al-Anshari menceritakan,

    أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، فَقَالَ : مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ ؟ قَالَ : هَذَا مُحَمَّدٌ ، فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ : مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ ، فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ ، وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ قَالَ : وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ.

    “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat ke langit pada Malam Isra’ Mi’raj, beliau melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ibrahim lantas bertanya, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ia Muhammad.” Ibrahim lantas mengatakan padanya, “Perintahkanlah pada umatmu untuk memperbanyak bacaan yang akan menjadi tanaman di surga, debunya itu bersih dan tanamannya pun luas.” Ibrahim ditanya, “Lalu apa bacaan yang disebut girasul jannah tadi?” Ibrahim menjawab, “Kalimat ‘laa hawla wa quwwata illa billah’.” (HR. Ahmad, 5: 418. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if)

    Semoga bermanfaat.
    Sumber :
    http://www.mbahgewor.com

    BalasHapus